:::: MENU ::::

PENDIDIKAN KUNCI UTAMA KEMAJUAN BANGSA

  • Learning Management System

  • Coding dan Algoritma

  • Artificial Intelligence Sejak Dini.

Thursday, May 8, 2025

Dalam esainya, Pam Rutledge menyampaikan bahwa aktivitas coding memungkinkan individu untuk memecahkan masalah yang rumit menjadi bagian-bagian yang dapat dikelola, mengidentifikasi pola, dan merancang solusi efisien yang dapat diterapkan di dunia nyata. Aktivitas pengkodean juga dapat meningkatkan resiliensi dan kemampuan beradaptasi karena aktivitas pembelajaran terus menerus dari kesalahan dalam pemrograman yang biasa sebut sebagai debugging.  

Lebih lanjut, kegiatan pengkodean juga dapat dikenalkan sejak usia dini bahkan tanpa melibatkan teknologi apapun, misalnya dengan mengenalkan pola, urutan hal, dan sebab-akibat. Anak-anak yang belajar coding memiliki kemampuan berpikir logis yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tidak. Coding juga mempersiapkan anak-anak untuk menghadapi dunia kerja di masa depan, di mana teknologi dan otomatisasi memainkan peran penting. Dengan coding, anak-anak tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga kreator yang dapat mengembangkan solusi inovatif.

Meskipun pada realitasnya,  selama ini coding sering dianggap sebagai proses yang rumit dan sulit diimplementasikan, terutama bagi anak-anak di jenjang sekolah dasar. Apalagi mengingat pernyataan Menteri Pendidikan, Prof. Abdul Mu’ti dua bulan yang lalu mengenai wacana masuknya kurikulum coding dan Artificial Intelegency (AI) sebagai mata pelajaran pilihan di jenjang sekolah dasar sempat membuat gurunetz geger di dunia maya. Sebagian mendukung rencana progresif tersebut untuk menyambut era digital, sebagian lagi tentu menyatakan kontra terkait kesiapan daya dukung, sumber daya, dan kemampuan siswa yang dianggap belum mampu menjangkau materi pemrograman.


Namun kiranya insan pendidikan tidak perlu merasa khawatir. Kemunculan Scratch, sebuah platform berbasis web yang dikembangkan oleh MIT Media Lab, menjadi angin segar dalam dunia pendidikan. Scratch dirancang untuk mempermudah anak-anak, baik di jenjang SD maupun SMP untuk belajar coding melalui antarmuka yang menarik dan intuitif. Platform web Scratch dapat diakses dengan mudah karena pengguna hanya perlu membuat akun. Bahasa pemrograman yang digunakan dirancang dalam bentuk blok-blok puzzle berwarna-warni yang menarik sehingga memudahkan pengguna untuk memulai belajar coding bahkan tanpa pengalaman sekalipun. Di dalam platform tersebut juga disertai tutorial yang sangat lengkap terkait penggunaan fitur-fitur, silabus pembelajaran, tutorial penggunaan proyek, jutaan ide proyek, berbagi hasil proyek dengan scratcher—pengguna scratch lainnya, tergabung dalam komunitas pengguna scratch di dunia serta panduan lengkap untuk siswa, pendidik, bahkan orang tua. Artikel ini akan membahas implementasi coding menggunakan web Scratch, termasuk kelebihan, kekurangan, cara penggunaannya, dan manfaat yang dapat diperoleh oleh penggunanya.

Mengapa Memilih Scratch?

Scratch adalah salah satu alat terbaik untuk memperkenalkan coding kepada anak-anak. Dengan menggunakan pendekatan visual berbasis blok, Scratch menghilangkan kerumitan sintaksis yang sering menjadi hambatan utama dalam belajar coding. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan Scratch:

Kelebihan Scratch

Scratch menggunakan blok warna-warni yang dapat disusun seperti puzzle, sehingga memudahkan  anak-anak memahami konsep coding tanpa perlu mengetik kode. Platform Scratch juga dapat diakses melalui web di berbagai perangkat tanpa perlu mengunduh aplikasi tambahan, namun tentu saja untuk mendapatkan tampilan terbaik sangat disarankan untuk menggunakan laptop, komputer maupun tablet. Selain itu, pengguna Scratch dapat bergabung dalam komunitas scratcher, tempat mereka berbagi proyek, mendapatkan masukan, dan belajar dari orang lain. Untuk tampilan web terbaru, pengguna dapat melakukan remix proyerk (mengedit dan membagikan ulang proyek scratcher lain sesuai kebutuhan). Dengan menggunakan Scratch, anak-anak dapat dengan mudah memvisualisasikan ide mereka dalam bentuk animasi atau game interaktif. Saat ini sudah banyak sekali kelas-kelas kursus coding untuk anak yang menggunakan Scratch sebagai media pembelajarannya.

Kekurangan Scratch

Tentu saja Scratch juga memiliki beberapa keterbatasan, mengingat bahasa pemrograman yang digunakan cukup sederhana. Scratch lebih cocok digunakan untuk pemula dan kurang sesuai untuk pengembangan aplikasi atau proyek yang kompleks misalnya untuk analisis data, pengembangan aplikasi, website dan lainnya. Penggunaan Scratch berbasis web juga sangat membutuhkan koneksi internet yang stabil sebagai bahan bakar utama. Hal ini tentu saja bisa menjadi tantangan di daerah tertentu. Selain itu, Scratch tidak mendukung sintaks pemrograman tingkat lanjut seperti C+, Python, SQL, atau JavaScript, sehingga perlu dilengkapi dengan alat lain jika pengguna ingin belajar pemrograman lebih mendalam.

Cara Menggunakan Scratch untuk Coding di Jenjang Sekolah Dasar

Scratch dirancang agar mudah digunakan oleh siapa saja, termasuk anak-anak di jenjang sekolah dasar. Berikut ini merupakan langkah-langkah dasar penggunaannya:

  1. Akses Website: Kunjungi https://scratch.mit.edu.
  2. Lakukan pendaftaran akun: Untuk menyimpan proyek dan berjejaring dalam komunitas, buat akun secara gratis. Anda tidak wajib menggunakan nama lengkap untuk menghindari penggunaan data yang tidak diinginkan. Sebaiknya gunakan nama alias saat mendaftarkan akun.
  3. Membuat proyek: Pilih opsi “Create” untuk memulai proyek baru.
  4. Antarmuka Scratch: Anak-anak dapat menggunakan blok di kategori seperti Motion, Looks, Sound, dan Control untuk membuat animasi atau game. Setiap blok dilengkapi dengan tutorial dan penjelasan dalam bentuk video secara lengkap dan disertai pilihan bahasa untuk berbagai negara. Pengguna dapat mengikuti intruksi dari video tutorial untuk memahami fungsi dari setiap blok.
  5. Menambahkan karakter dan latar belakang: Scratch menyediakan berbagai karakter (sprite) dan latar belakang yang dapat dipilih atau dibuat sendiri. Pengguna juga dapat mengunggah sprite pilihannya dari perangkat komputer pribadi atau memanfaatkan beragam sprite yang telah disediakan oleh web.
  6. Menguji proyek: Setelah selesai menyusun blok, klik bendera hijau untuk menjalankan proyek dan melihat hasilnya.
  7. Berbagi proyek: Proyek yang selesai dapat diunggah dan dibagikan di komunitas Scratch, di mana pengguna lain dapat memberikan komentar atau saran.
Proyek yang dihasilkan menggunakan Scratch sangat beragam, mulai dari animasi sederhana, musik digital, media pembelajaran interaktif, kuis interaktif, animasi edukatif, komik digital, story telling, hingga game interaktif. Scratch tidak hanya menawarkan alat untuk coding, tetapi juga ekosistem belajar melalui komunitas global yang dinamis. Menurut hemat penulis, Scratch adalah solusi yang ideal untuk mengatasi stigma bahwa coding sulit dipahami dan hanya ditujukan untuk orang dewasa. Dengan antarmuka visual, fitur kreatif, dan komunitas global, Scratch mempermudah anak-anak di jenjang SD dan SMP untuk belajar coding sambil bermain. Agar implementasi Scratch lebih maksimal, guru dan orang tua perlu mendampingi anak-anak dalam menggunakan platform ini. Sekolah juga disarankan untuk memasukkan coding sebagai bagian dari kurikulum, dengan memanfaatkan alat seperti Scratch untuk membangun generasi yang kreatif, kritis, dan siap menghadapi tantangan masa depan. Dengan Scratch, belajar coding menjadi menyenangkan dan inklusif.

Referensi :
https://www.nusidoarjo.or.id/belajar-coding-sejak-dini-siapa-takut/5/

0 comments:

Post a Comment

A call-to-action text Contact us